Piknik Ala Pandemi Kebayang nanti kalau memang benar harus di rumah terus tidak boleh kemana mana, tidak ada even
apa lagi acara acara yang bisa bikin aku terlalu sibuk dan tak sempat makan, bawaannya seperti orang
sakit dan ternyata.
“ Mulai besok kita akan tutup sekolah dulu sampai waktu yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.“
lunglai mendengarnya kalimat yang di utarakan oleh kepala sekolah saat rapat mendadak,
Setelah rapat akupun bergegas kekelas membagikan buku pada siswa agar mereka sementara belajar
dirumah dan akan dipandu melalui wa paguyuban, esoknya aku undang pengurus paguyuban untuk
memusyawarahkan masalah belajar selama di rumah
“ Bapak dan ibu terimakasih atas kedatangannya hari ini saya hanya ingin menyampaikan beberapa
hal terkait pola belajar anaik anak kita selama belajar di rumah, dan saya mengharapkan bapak dan
ibu dapat terus mendampingi anak anak belajar di rumah, untuk tehnisnya akan saya buatkan grup
classroom ya,”
“ Bu guru gimana yang tidak punya HP, trus mengirimkan tugas hpnya di bawa bpk nya kerja,
bagimana solusinya bu . salah satu wali murid langsung bertanya sebelum aku sempat meneruskan
arahannya
“ Begini saja bu jika seperti itu, saya melonggarkan waktu pengerjaan tugas hingga malam pukul 11
ya yang penting dalam sehari ada yang harus di laporkan siswa tentang tugas yang saya berikan , dan
tugas itu tidak sebanyak seperti di sekolah, paling 3 pertanyaan menyangkut materi pembelajaran hari
itu, “ belum selesai menjelaskan ada seorang ibu berkomentar “ udah seh bu ibu keliling saja kerumah
nanti saya yang anter kemana ibu pergi’
“ Jangan nanti kalau ada apa apa saya sebagai ketua yang jadi sasaran, jangan bu! saya tidak setuju ,
kan pemerintah melarang ada pertemuan ini malah ngumpulin anak kelompok , haduh jangan deh bu
guru saya ga setuju ,” cukup lama berdebatan tapi akhirnya sepakat untuk belajar melalui classroom
dan laporan di serahkan setiap satu bulan sekali sekalian bertukar buku tema.
*
Bulan ini pertengahan bulan Maret sudah lewat seminggu di rumah mulai terasa teramat galau
menjalani keseharian meskipun setiap hari memberikan tugas untuk siswa di depan laptop.
“Hadeh ini sudah siang masih juga belum mandi, Uti ? selaku melihat Uti main hp
“Memang meu kemana mak mandi pagi, kan ga sekolah” jawab Uti
Uti anaku yang paling kecil, anak yang lucu, kadang berfikir kenapa seh kamu ada, Cuma sering
mengganggukerjaan apalagi kesenangan ema, makan, tidur diganggu apalaggi mau main sama teman
teman reunian rasanya kesel banget tapi ga ada Uti rumah memang terlalu sepi untuk dinikmati .
“ Ma main yu! Utinya bosen ni di rumah aja.
“Jangan Uti kan masih ada corona”
“Trus kapan perginya itu corona, Utinya bosen ema!”
“Iya berdo’a aja biar cepat pergi eta si corona “ aku menjawab dengan senyum terpaksa
Memang cukup pusing melayani ank kecil ini di usia sudah kepala lima yang harusnya pergi jalan
jalan atau menikmati kesuksesan kata orang orang.
“Ya udah, sini pinjem hpnya ! Uti pengen main hp “ sambil menyambar hp Uti mulai lagi menikmati
game di Hp.
“Eit, Nanti dulu tugas dari buguru nya selesaikan dulu, ma juga masih meriksatugas kiriman anak
anak ni “ jawabku agak keras.
Dulu banyak yang menyarankan anak anak jangan main hp, terbukti sekarang malah harus belajar dari
hp. Sempet bertanya dalam hati juga, dulu anak sekolah jika sedang belajar ada yang suka ingin cepat
cepat pulang, nah sekarang tidak pernah kesekolah ternyata mereka merindukan sekolah juga. Ini
perkara yang membuat geli sendiri.
Sekolah mulai penuh debu dan sampah yang harus di bersihkan, akhirnya di putuskan untuk
melaksanakan piket bergiliran. Aku kebagian dua hari dan selama di sekolah mulailah aktifitas baru
yang tak biasa dilakukan. Suasana pandemi mulai terasa membosankan, Selain meriksa tugas anak
anak yang diserahkan lewat classroom, aku suka melihat chating teman teman medsos. Mereka bebas
beraktifias di mana mana, aku sempat berfikir lalu himbauan pemerintah untuk diam di rumah sudah
tidak berlaku kah ?
Siang sehabis piket sekolah, aku mulai merasa tidak masalah kalau keluar rumah sekedar main dan
menikmati pemandangan. Dan kuputuskan untukmengajak suami keluar rumah. Selama pandemi ini
aku tak pernah ke mana mana kalau tidak di antar, Karena enggan naik angkot.
“Pa, hari ini ada acara kemana ? “ tanyaku
“Ga ada, emang mau kemana? Jawab suami
“Ema belenger ngadepin lapotop aja ni pengen keluar, liat Tuh ada tempat wisata baru dibuka, bagus
tempatnya , kesana yu
“Lahh katanya ga boleh keluyuran ?”
“Laah itu orang orang bebas keliaran”.
“hm, trus kapan mau kesana”
“Sekarang!”
“Widih, semangat amat?”
“Iya, mumpung baru dibuka masih sepi. Kan belum banyak pengunjungnya” aku terus merayu
“Ya, sudah ayo siap siap pakai masker pake jaket bawa handsanitizer “
“Utiiii, Pakai maskernya nih, jaketnya juga yu kita main”
“Horee!! kemana ma?”penasaran sambil lari kecil kegiarangan
“Udah cepet ganti baju aja yang pantes”
Setelah siap kami berangkat naik motor, kendaraan praktis yang biasa pakai cepat kemana kami jalan
“Pakai helm, maskernya jangan ketinggalan, Uti pake fishieldnya,” ujar bapak
“Lokasinya dimana? nanti tanya ke temen dulu ni di Wa,”
Aku membuka hp mencari lokasi di gogle map.dan menyodorkan ke suamiku
“Ini ga jauh tuh di perapatan palima itu menuju arah Pandeglang sebelum yayasan masuk kekiri “
jawabnya
Perjalanan setengah jam tak lama kami mencari, akhirnya sampai di lokasi . suasana masih sepi. Baru
di buka oleh wali kota kemarin jelas penjaga di sekitar lokasi taman tersebut.
Kami mendekati pintu gerbang,
“waduh bayar ya, sangkain gratis” tanyaku kepenjaga pintu masuk taman
mana akhir bulan pula gerutuku, tapi mau gimana sudah sampai lokasi, akhirnya aku keluarkan uang
di dompet yang sudah tipis untuk membayar tiket 3 orang, kami dipersilahkan masuk dengan
memperlihatkan tiket.
“ Wahh! Ma bagus ya itu ada rumah rumahan tinggi tapi ko dalemnya hutan ?” sambil menatap gambar
rumah yang tinggi
“Hehe iya ko bisa yah.”
“Itu namanya rumah bohongan ya mak.!”
Iya, sambil merekam di kamera Uti berlaga seperti pramuwisata .
“ Hai teman- teman Uti di sini, lagi jalan jalan, hey! liat ada perosotan, ada ayunan, ada apa itu mak
buah kelapa besar amat ya ,” Uti terus berceloteh sambil memegang kamera
Uti ga habis habisnya komentar setiap yang dilihatnya. Terlihat begitu jembar kata orang serang seperti
keluar dari pingitan, Tak lama kami berselfia ria . Dua jam berlalu hari mulai sore
“Uti udah yu pulang”
“Ih! ma nanti sih kan belum sore”
“Jangan lama lama kan masih corona, nanti makin sore makin banyak yang datang lo !”
“Ih ma malah, tapi nanti kesini lagi ya” Uti sempet merengek
“Ya nanti kalau sempet trus uangnya ada “
“Hari menjelang sore kami sudah pulang. untuk menghindari keramaian
*
Hari hari di depan laptop memberi tugas daring memang agak melelahkan selain bosan melayani siswa
yang telat mengirimkan tugas membuat pengolahan nilaipun jadi sempet tertunda.
Tapi, karen aku senang bermedsos jadi tidak terlalu menunggu dan memikirkan masalah tugas, banyak
penawaran aktifitas di wa grup di hpku, kali ini grup pantun mengajak membuat video budaya daerah,
Sontak aku semangat dan langsung mengatakan pada anak keduaku yang masih kuliah, jarak kelahiran
anaku ini dengan Uti 17 tahun, waktu yang cukup lama .aku bisa memnaggilnya nong.
“Nong, ema mau bikin video budaya daerah yang nanti buat festival pantun mutiara budaya nasional.”
mau bentu ga? Tanyaku, mengajak anak yang satu ini harus cari waktu terlebih dahulu supaya tidak
mengganggu aktifitas tugas kuliahnya .
“Contoh videonya mana?” tanya nong.
“Ini contohnya“ seraya kuperlihatkan video yang dikirim oleh teman melauli wa grup
“Haduh ma, ini harus ngambil gambarnya dilokasi yang jauh, atuh gimana corona begini bepergian ?
“Wih ga apa apa kan kita cuma shoting sebentar sebentar langsung pulang, ada mobil bibi tuh nganggur
pake aja yu.
“Yauda, kapan mau berangkat ? “ tanya nong
“nong bisanya kapan, besok gimana?”
“Yaudah, besok ya habis ngerjain tugas kuliah”jawab nong
“Yes !” Aku juga lapang karena sudah memberi tugas ke siswa. Dalam hatiku seneng banget bisa
keluar lagi menghibur kegalauan di rumah dengan tugas sekolah yang tiada henti. Keesokan hari
setelah duhur aku ajak si kecil Uti, Betapa senangnya jika ikut juga .
Uti langsung kegirangan ketika tahu kita mau jalan.
Kami siap siap berangkat memkai masker bwa handsanitizer juga . memakai masker memang tidak
nyaman bernafas jadi kurang bebas. Aku menelpon supir untuk mengantar ke dua tempat. Dan diapun
bersedia. Supir ini bernama Anta, dia biasa kita panggil untuk mengantarkan kemana keluarga besar
pergi. Mobil datang kamipun bernagkat
“Horee kita piknik ya ma “ celoteh Uti
“Kita mau kemana dulu ni” tanya supir
“ Ke kaibon di Kasemen dulu nanti ke mercu suar Anyer ya. Keburu ya Cuma mau ambil gambar
doang mang “
“ lumayan jauh ya, yadh, ga ada yang ketinggalan?kan “
“ Sudah, siap kita nanti cuma mampir mampir doang ngambil gambar bakal video “ jelasku
“Kang bawa mobilnya jangan ngebut ya. Yang alus jangan bikin kita mabok? sambil ketawa aku
menyela. Supir ini memang lihai ngebut banget kalau tidak diingatkan
“ Hehe iya tah? ya dah santuy aja jalannya “ jawabnya sambil menyalakn rokok.
Sesampai di masjid agung Banten. Aku turun di kaibon lokasi pertama yang akan dibuat video
mulailah akting, seperti artis rasanya, diulang ulang supaya nanti dipilih mana ganbar yang bagus,
Terlihat Uti menikmati pemandangan benteng Kainbon uang lapang dia senang sekali, Aku dan nong
cari lokasi yang sepi penggunjung untuk pengambilan gambarny, tak lama selesai sudah pengambilan
gambar. Aku mengajak Uti kembali naik mobil menuju ke Anyer.
“Udah yu, kita pindah ke Anyer ke mercu suar” kataku sambil menggandeng tangan Uti
“Ih ma, jangan pulang geh, baru juga sebentar kesini” rengek Uti
“Iya pindah tempat Uti. liat tuh ada mulai banyak orang, masih ada corona yuk. Pindah tempat saja.
“Kemana ma?”Tanya uti penasaran
“ Ke pantai “sambil memegang tangan mungil bocil kesayanaganku yang kadang menjengkelkan
“Hah Pantai? horeee Uti mau berenang mau liat air banyak!” teriak juga ni bocil
“Haduh Uti, bukan mau berenang cuma mau lihat lihat doang”aku mulai kesal
“Iya tapi ke pantai kan?”tanya Uti lagi
“Iya, yuk . “ sambil mengajak pa supir kami mulai berjalan menuju Anyer yang lumayan lokasinya
jauh dari Kaibon . yang letaknya di darah utara kota serang dan sekarang mulai menuju ke arah selatan
kota Cinangka
Sampailah kita ke tempat yang dituju perjalanan dua jam memang cukup lumayan, mulailah aku
beraksi seperti pemain sinetron, menyusuri dermaga dan ditawarioleh penjaga mercusuar masuk
kedalamnya dengan membayar limaribu rupiah perorang tanpa tiket , karena aku inget Uti supaya lebih
senang maka kuajak naik kedalam dan menaiki tangga mercu suar yang terdiri dari 14 tingkat. Uti
sangat senag sekali.
“Ayo naikl terus terus, udah tingakat berapa ini “teriaknya sambil mengamati angka di setiap dinding
tangga mercusuar, tangganya terbuat dari bilet besi maka kekuatannya cukup baik untuk dinaiki
“Wow mak! Tinggi amat! Uti terus naik sambil menghitung tangga, sesekali mendekati jendela melihat
pemandangan diluar.
“ Mak Uti dah naik tinggakat 14 ini kan? sambil mendekati jendela didalam mercusuar Uti
memandang sekeliling nampak wajahnya gembira sekali ini bocil ikut andil jalan jalan.
“Tuh liat ma! kapalnya yang jauh tuh kecil ya. Itu orang lagi ngambil ikan ya naik perahu? itu
rumahnya juga jadi kecil kecil. Uti ada di atas ya ma !” tak habis habisnya berkomentar
“Iya wih” jawabku terlihat tetehnnya kecape an menaiki tangga sambil mengernyikan dahi .
“ Haduh ma cape, Uti! Ga cape tah naik tangga ini?tanya nong
“Engga lah teh Uti seneng banget bisa naik apa ini ma namanya ?Uti lupa “
“Mercu suar” jawabku
“Videoin Uti geh, biar kasih tahu ke teman teman. Uti naik ini loh sampe tangga 14, tinggi banget
!Yeee! “
Pengambilan video hanya beberapa durasi berkali kali, sempet harus cari inspitrasi juga mana yang
cocok dengan kalimat yang ada pada pantun karena gambar harus sesuai dengan isi pantun .
Kami berkeliling di area mercu suar, suasana tidak ramai. Karena akibat pandemi jarang yang berani
keluar rumah apalagi piknik, kuamati warung yang bukapun terlihat sedikit. Kasian juga mereka
penghasilannya jadi berkurang ,
Tak lama kami pun selesai mengambil gambar, hari mulai menjelang magrib tidak tersa , kunikamti
senja di pantai sunggua indah tiada terkira dalam situasi sepeti ini masih di beikesempatan mermanja
dengan alam laut ciptaan yang maha kuasa .berasa jadi betah di pinggir pantai. tapi karena kondisi
pandemi harus segera pulang sebelum kontak dengan orang lain dan menghindari kerumunan
*
Hari hari kembali dengan tugas yang harus disampaikan kepada siswa, ditambah dengan kegiatan
menantang membuat video festival budaya nasional, Pengalihan rasa yang tak berdaya dengan
kenyataan pandemi memaksa betah dirumah dan mencari kegiatan bermanfaat untuk mengisi
keseharain. Cukup rumit membuat video ini, selain menggabungkan beberapa potongan video
jugamenyatukan dubing suara pembacaan pantun dengan gaya yang ditetapkan panitya, berulang kali
rekaman melalui hp dan kamera. Akhirnya rangkum danaku segera mengirimkannya kepanitya setelah
terkirim selanjutnya menunggu persetujuan tayang di youtube.
“ Ma, udah kirim video nya ke panitya”Tanya nong
“Udah, lewat email tingal nunggu pernyataan tayang di youtube, tapi harus banyak like dan
komentarnya ya, haduh di fb ema temannya cuma sedikit mana bisa ribuan yang ngasih like?”Tanyaku
“ Sudahlah memangnya perlombaan, bukannya cuma festival doang kan?”
“Iya tapi kan senang banget kalau banyak yang like,”
“Yaa tunggu aja dilike syukur yang penting bangga sudah berpartisipasi tinggal nasional” hibur nong
“Ia ya ya, yaweslah “aku menyadari juga
Obrolan tentang hasil video memang tak terlalu manarik buat anaku, yang penting keinginana emanya
sudah terlaksana, di tambah Uti bisa piknik secara tidak langsung dimasa pandemi dimana pemerintah
melarang masyarakat untuk bepergian. Tapi tetap memaksa kita keluar rumah karena memenuhi
kebutuhan.
Kali ini lagi lagi kita keluar rumah untuk pinik, tapi berbeda dengan kemarin adiku yang memiliki
dua anak kecil
Tah main yu?
Kemana?
ini anak anak pengen berenang, kalau di laut ga bisa berenang tapi kalau dikolam renang kan ga ada
ombak “ jelasnya
Ya sudah kapan siapnya
Besok ya, ke Waruwangi aja ya, ada kolam renagnya trus kita bisa lihat pemandangan alam nya bagus
Jelasku. aku tahu tempat ini kebetulan pernah di ajak teman guru yang lokasinya tidak jauh dari
temapat ini .
Tapi teh, rame ga ya . kan masih corona
Iya maknya kita berangkat pagi supaya tidak ramai, karena siang dikit banyak yang datang kita
pulang, gimana?
“Oh, ya ya “
Ya sudah siap bawa makanan untuk bacakan jangan lupa tiker dan baju ganti, masker handsaitizer
juga dibawa
Ya siap! Jawabnya penuh semangat
Serta merta Uti senangnya mendengar ajakan ini,
“Ma, apa katanya mau berenang? Uti ikut ya mak. Uti bawa baju berenang. Bawa kue. Pake masker
ya ma, bawa kamera ma nanti Uti lagi berenang di foto ya “ Celoteh Uti panjang .
“Iya. Iya. Besok Uti.” Jawabku sambil merasa rungsing ini bocil memang cerewet .
Esoknya kami bersiap menuju lokasi tempat bocil berenang aku mengarahkan ketempat yang sejuk
dan bisa menikmati alam bebas. Terlihat anak anak senang sekali menikmati hari ini. Berenang ,
melihat hewan rusa, sapi dan menikmati pemandangan gunung dan hamparan hijau permadani alam
yang menakjubkan, Alhamdulilah meski pandemi kami bisa mencuri waktu untuk mendamaikan
perasaan galau saat saat pandemi. Semoga segera berlalu dan kembali normal seperti sediakala.
Waktu sudah menjelang siang nampak beberapa pengunjung mulai berdatangan, aku bergegas
mengisyaratkan anak
“Dah yu. sudah siang nanti kulitnya hitam lo, tuh banyakyang datang ayo pulang kan masih musim
corona jadi jangan lama lama apalagi banyak orang .“Sambil membawa pakaian ganti mengajak anak
anak bersih bersih .Anak bergegas bersih bersih ganti pakaian dan makan lalu segera pulang untuk
menghindari kerumunan.
Sepertinya tidak puas, tapi waktu untuk menikmati alam bebas selama dua jam rasanya sudah cukup
membayar rasa kebosanan di rumah bertumpuk pekerjaan sekolah. Keluar rumah harus selalu memakai
masker, membawa handsanitizer dan menjaga jarak. Semoga cepat berlalu karena akan dibawa kemana
anak anak jika terlalu lama belajar di rumah yang kurang kondusif.