Sejarah
Bercerita mungkin membutuhkan waktu dan ingatan yang kuat, selain itu ketika menulis tata bahasa dan penulisan aku pun masih banyak yang perlu dibenahi. Ditambah kadang ada yang typo![😂](https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/td0/1/16/1f602.png)
, aku termotivasi oleh mba yu ku
untuk konsisten menulis apalagi masa pandemi ini banyak berdiam di rumah. Padahal pekerjaan menilai tugas siswapun menumpuk tapi cukup menjenuhkan dan membosankan .
Baiklah aku mencoba bercerita
*
Aku anak pertama dari keluarga yang terdiri dari 8 bersudara. Dari seorang ayah yang sangat kubanggakan. Ayahku lahir 8 Januari 1942
jika mengingatnya kenapa aku bangga dengannnya, Karena Ayahku ternyata mahir di bidang ilmu fisika dan kimia tak aneh jika mendapatkan beasiswa belajar keluar negeri hingga dua kali. Yang pertama berkesan tinggal di Rusia satu tahun lamanya, saat itu Ayahku pernah menyukai seorang wanita Rusia namun karena masa komunis sedang trending di Indonesia maka tak bisa ikut pulang bersama Ayah ke Indonesia, sebagai kenangannya nama wanita itu melekat di Aku. Ada benda yang di beli Ayah untuk emaku sebuah mesin jahit merek Kohlerr mesin jahit yang bisa bermacam model dan type jahitan jadi kesukaanku berlatih menjahit. begitulah Ayahku memberi nama ke aku sesuai keadaan saat itu. mungkin itu cerita sebelum aku terlahir ke dunia.
*
Tahun 1978 aku sudah berusia 8 tahun duduk di bangku sekolah kelas 2 tidak jauh dari tempat tinggalku masih dalam lingkungan komplek karyawan. Kedua kalinya Ayahku mendapat beasiswa bersam 39 kawannya belajar ke Jerman dan seingatku hampir tiap malam ayahku gigih belajar bahasa Jerman . Dengan seringnya mendengar percakapan ayahku aku jadi tahu bahasa Jerman itu seperti apa . Sempat kuamati kamusnya ada sedikit kemiripan dengan rumus tak jauh beda dengan kamus bahasa Rusia, kalau di ucapkan enak didengar.
Saat ayahku berada di Jerman. aku pernah mencoba mengirim surat. waktu itu perangkonya 500, atau berkirim selembar kartu pos, seneng buanget ketika balasan kartu posnya bergambar 3 dimensi. di Indoesia belum ada kartu pos macam itu, cukup lama juga menunggu balasan sekita 1 bulan. Isi surat itu hanya memberikan, kabar bahwa adiku telah lahir dan di beri nama Mayer seperti nama yg diberikan ke aku yang juga nama yang menjadikan sejarah saat itu, selain itu kutulis juga permintaan sebuah boneka dan coklat. Ayahku membalas dengan banyak cerita tentang keberadaannya di sana. Saat bulan puasa waktu Jerman sedikit agak panjang jika berada di Indonesia tapi lebih panjang di Rusia lebihnya ya lebih dari 12 jam apalagi cuaca dingin yang membuat lapar jadi begitu terasa, lucunya disana jika ada kawan yang mendapat paket makanan terutama cengek dan cabai pasti berebut. karena disana tidak mudah mendapatkan makanan seperti Indonesia. Cerita lainnya bahwa disana lingkungannya sangat bersih dan warganya di siplin sekali .Salah ambil kantong di market saja langsung di beri arahan oleh satpan. begitu disiplin sekali. Nah ternyata dua negara ini membuat Ayah selalu marah jika anak anaknya tidak disiplin.
cukup banyak kisah tentang pengalamanya, setelah 8 bulan lamanya ayahku berada di sana saatnya pulang ke Indonesia aku bersama neneku naik mobil kodok atau VW. Mobil yang kini menjadi barang antik, hanya cukup 4 orang penumpang. aku nenek. emak dan pamanku menjemput di Halim perdana kusuma. Kami sampai di bandara masih subuh sementara menunggu pesawat datang, kami beristirahat di rumah saudara yang tak jauh dari bandara . Jadwal kedatangan pesawat sudah umumkan, aku mengamati dari gedung tempat menunggu kedatangan penumpang. Dari kejauhan terlihat peswat bertuliskan Luftansa mengdekati bandara . Wahh aku baru tahu ternyata pesawat itu besar sekali, sungguh hebat bisa terbang ke angkasa. tapi yang tidak aku tahan suaranya terlalu bising dan mengglegar hingga kà mi harus lebih keras jika bercakap cakap.
para penumpang mulai turun dari pesawat yang mengantar para penumpang. Wajah ayah nampak sumringah melihat kami menanti kedatangannya . kulihat Ayah memeluk ema yang menangis kemudian bergantian menciumi kami teras haru sebab kerinduan kami termbalas di sini. Ayah menggandengku menunjukan satu koper yang ditentengnya lalu menunjukan sebuah boneka cantik berambut pirang bermata biru. bisa berjalan. bernyanyi. Mengedipkan mata, menangis dan tertawa, aku sempat heran ko bis boneka seperti manusia ? Tak henti aku terkesima dengan boneka pemberian ayahku.
Kini aku hanya sorang biasa yang belum pernah mendapat beasiswa tapi minimal 20 persen. kemahiran ayahku ada di Aku Dan ku berusaha memupuknya meski tak seperti ayahku yang hebat. karena Aku adalah Aku. bukan ayahku
to be continoe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar