Senin, 18 Oktober 2021

Cerpen buku ke 23 Berdamai dengan corona


 
BERDAMAI DENGAN CORONA
 Terima kasih korona
 
Setiap musibah, Pasti ada hikmahnya banyak orang mengenal kalimat ini sebagai menentram hati kala berputus asa menghadapi sesuatu masalah atau situasi yang tidak nyaman dalam kehidupan. Kembali pada diri kita sendiri dalam menyikapi semua permasalahan .
Aku seorang guru setiap hari berdampingan dengan terbit matahari berangkat  ke sekolah dengan membawa semangat berbagi pengalaman, bercengkrama berlatih dan membaca pengetahuan baru.  Begitu indah hari hari kulalui Bersama siswa. Perjalanan belajar sudah memasuki bulan maret, rutinitas yang biasa kulakukan tiba tiba terhenti mengerem pakem seketika, saat beredar bahwa sekolah harus tutup sementara.  Kecewa sekali rasanya, banyak angan yang sudah berputar di kepala akan melakukan apa di hari hari berikut di sekolah, ternyata tidak akan terlaksana seperti biasanya, dan dengan keadaan seperti ini entah apa yang bisa aku perbuat apa dan bagaimana dengan siswa yang berdiam diri di rumah tanpa kejelasan bagaimana situasi belajar nya .


 Hari hari berlalu aku semakin merasa tak berdaya dengan situasi ini berdiam diri terbelenggu dalam sangkar.  Kegiatan belajar berubah dengan gaya berbeda.  Pembelajaran dilakukan dengan daring atau belajar lewat media telekomunikasi baik computer maupun handphone, namun yang terjadi dan banyak menjadi permasalahannya, aku sebagai guru menjadi tempat menerima keluh kesah para orang tua yang terus menerus mengeluh dengan keadaan ini, karena untuk mengajari anak anaknya di rumah mereka merasa kesulitan dan semakin tidak karuan mengatur dan mendidik anak  anaknya,   Aku berusaha terus agar pembelajaran berjalan dan komunikasi aku dan siswa  tidak terputus . Aku juga harus  mengajari orang tua  agar  Ketika mengajari anaknya di rumah mampu menjelaskan nya.  Di tengah rasa terpenjara di rumah dan tak bisa ke mana mana, akhirnya aku membuat video belajar dengan aplikasi dan rekaman  meskipun tidak total di lakukan, minimal tetap belajar setiap hari,
 Hari berlalu, aku yang bias nya menari, bernyanyi di depan siswa. kini mati gaya, Setiap hari di rumah kebelakang kedepan dan tiba sudah malam dan berganti siang begitu cepat berputar, sementara berita duka tak henti hentinya berkumandang, baik di wa grup maupun di lingkungan kampung dan kota, Benar benar tahun ini seluruh dunia  merasakan kejam nya korona. Hari hari semakin mencekam, menakutkan dan was was jika hendak keluar rumah, banyak masalah dari kalangan menengah kebawah tentang masalah kebutuhan hidup.  Aku hanya bisa bersyukur  meskipun hanya seorang guru tapi untuk memenuhi kebutuhan masih bisa membantu orang sekitar walaupun tidak seberapa.
Hari hari mulai semakin membosankan, aku selalu menyibukkan diri di depan Komputer, selain membuat video belajar berkomunikasi dengan siswa juga wali murid lewat  wa grup, aku juga mulai menulis dengan komunitas menulis dari rumah,  semakin asik aku menyibukkan diri di depan komputer aku melirik program Kementrian Pendidikan, ternyata banyak kegiatan belajar daring bagi guru yang di luncurkan,  Hal ini membuat aku tergiur untuk mengikutinya daripada menyimak berita berita yang membuat hati was was dalam Suasana mencekam tidak karuan,  aku tergiur dan ikut ikutan belajar di program Kementrian Pendidikan, dari belajar dan berbagi juga guru penggerak, ada juga pelatihan pelatihan dengan z-meet lainnya yang di ikuti.  yang  harus melakukan apa ternyata malah di buat repot karena semua kegiatan dunia maya di ikuti. Namun ada keuntungannya dari semua yang aku lakukan di rumah  dengan dunia maya, Aku bayak mendapat teman baru dan wawasan baru. Ternyata dunia tidak se daun kelor, semakin asik aku dengan dunia maya bersibuk ria dengan tugas tugas daring yang di tayang kan oleh Kementrian. Aku semakin merasa sehat dan suasana mencekam sudah tak aku hiraukan lagi, namun tetap mawas diri.
 Semakin banyak yang aku ikuti membuat aku semakin kewalahan tetapi dengan kegiatan menyibukan diri. Ternyata membuat aku lupa ya, kalau  bencana korona masih beredar, was was setiap hari masih membayangi sekeliling, tapi semua seolah berjalan begitu saja tanpa beban, meskipun terkadang aku tidak bisa bisa tidur hanya karena di wa grup hampir setiap hari mendengar berita duka, semua ku lewati dengan selalu berdoa dan terus berdo’a memohon dan memohon tiada henti untuk terhindar dari marabahaya dan bencana, korona segera hengkang dan pergi tak perlu Kembali.
Aku masih terus berkutat dengan komputer dan semakin erat dengan keyboard dan z-meet, keseruan, canda dan cerita melupakan semua kegelisahan dan ketakutan yang selama ini mengintai.  Aku sudah tidak merasa sakit jiwa karena keterbatasan ruang gerak. saat mendapatkan buku yang telah aku tulis Bersama teman teman penulis di KKK edisi menulis dari rumah. Aku juga bersyukur lulus di program guru penggerak yang di luncurkan oleh kemendiknas.
 Ternyata aku tidak harus marah dengan korona, biarlah korona dengan dunianya hingga bosan dan pergi, tapi aku harus bersyukur kepada Allah yang telah membuat aku semakin banyak memiliki wawasan dan teman juga karya selama diam di rumah.  Diam di rumah bukan berarti tidak melakukan apa apa, tetapi justru kita harus menciptakan hal yang baru dan yang mampu kita lakukan, Danyak pelajaran bermakna dari datangnya korona, terimakasih korona. Silahkan pergi..
  Penulis



Luda Sofiah,S.Pd
Mengajar di SD negeri Tegal jetak Ciruas kab serang. Telah menulis 21 Antologi cerpen,pantun dan puisi  2kali mendapat penghargaan  pegiat literasi Tk kabupaten, , menjadi nara sumber budaya baca. selain mengajar di SD Negeri Tegal jetak juga pernah menjadi fasilitator USAID Prioritas Banten sejak 2012 sampai 2017
 

1 komentar:

Jambore GTK 2024 PRAKTIK BAIK

  PRAKTIK BAIK   PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENERAPKAN KONSEP PIRAMIDA TERBALIK UNTUK MENGOPTIMALKAN HASIL PELATIHAN GURU https://...