Niat adalah salah satu pengantar untuk menggapai keinginan, tanpa niat apapun tak akan pernah tercapai, kalimat ini menggambarkan bagaimana aku seorang biasa yang ternyata bisa menjadi tak biasa buatku.
Saat kita ingin melakukan sesuatu namun belum menemukan tempat mencurahkan atau tempat di mana kita bisa menuangkan imajinasi kita ke dunia yang tidak biasa dilakukan. Kali ini, aku banyak belajar dari teman yang sudah lama tak bersua. Tetangga masa kecilku. Aku dipertemukan kembali di komunitas menulis, aku megaggapnya seperti tetehku sendiri, beliau bernama Retno indarsih. Melalui wa mengajaku untuk ikut serta membut pantun Mutiara Budaya nasional, dengar judulnya saja sudah keren. Aku jadi semangat dan segera kutulis draf pantun kemudian mengirimkannya melaui wassapp, Beberapa susunan kata yang aku kirim terus dikulit dan diarahkan agar menjadi rangkaian yang bermakna sesuai tema yaitu pantun budaya, berlangsung siang dan malam aku mencoba mencari cari kata yang sepadan. Beberapa kertas sudah kuremas kulempar ke lantai karena banyak kalimat yang salah. Aku terus berusaha hingga pantun yang kurangkai menjadi sepadan dengan adat budaya kotaku Banten. Cukup membuang energi untuk mermpungkan kalimat sebuah pantun, Tapi akhirnya selesai juga kalimat yang kurangkai dan di anggap lolos, senang rasanya bisa menyelesaikan perkara membuat pantun.Selanjutnya aku harus membuat video yang berdurasi kurang dari 4 menit. sungguh ini satu hal baru, karena membutuhkan pikiran waktu bahkan dana yang cukup banyak bagi aku, seorang guru dan ibu rumah tangga yang memiliki keuangan pas pasan, tapi karena aku ingin berkarya mau tidak mau pengeluaran lain terpangkas, mungkin sebagian orang berfikir membuat karya dengan biaya yang dianggap besar sangatlah tak penting, tapi sekali lagi karena dorongan niat yang diiringi dengan kesenangan berkarya, akhirnya aku tak permasalahkan pendanaan untuk membuat video, aku harus pergi ke beberapa lokasi untuk pengambilan gambar sesuai dengan syair yang tercatum pada pantun. Di masa pandemi ini untuk bepergian tidak sebebas yang kita mau, harus mengikuti proses dan berhati hati dengan situasi dan kondisi lokasi dimana aku mengambil gambar. Dalam pembuatan vdeo aku di bantu anak perempuanku saat mengambil beberapa gambar dan harus berulang bulang seperti shootingnya seorang pemain film, aku merasa menjadi seorang artis dadakan, karena saat pengambilan gambar posisi dan gaya pun di atur sesuai kalimat yang ada pada pantun. Secara tidak langsung, aku mendapat pelajaran dan pengalaman baru tentang bagaimana seorang kameramen dan pemain memposisikan diri untuk menghasilkan video yang diinginkan. Pengambilan gambarnya hanya sebentar. Kami berpindah-pindah lokasi. Anakku yang kecil bernama Uti jadi merasa ikut piknik di situasi pandemi, si kecil ternyata sangat senang sekali. Kami berjalan ke beberapa lokasi dengan waktu yang tak lama hanya sehari. Untungnya lokasi yang kami datangi tidak ramai jadi tidak bergitu riskan jika sekedar menikmat indahnya pemandangan sekitar. Pengambilan gambar sudah terkumpul. kini giliran memilah potongan video yang harus dipadankan dengan isi pantun. Aku kirimkan email pantun tersebut berikur beberapa potongan video gambar serta audio aksara membaca pantun setelah beberapa hari aku kirim rasa penasaran menghampiri ketika respon dari panitia belum ada, hampir seminggu aku menunggu kabar melalui wa grup pantun mutiara budaya . akhirnya datang kabarmelui Wa tentang kelanjutan garapan video yang masih perlu perbaikan, namun ada sedikit lucu. Bang Afrizal sepertinya agak kecewa dengan dubingn yang aku kirim . Beliau sangka suara anak anak. Kemudian setela rekaman suara di terima
“Ini event nasional harusnya jangan anak anak yang di rekam”
aku sedikit malu menjawabnya “Bang itu suara saya, suara saya memang cempreng seperti anak-anak”jawabku dengan rasa minder yang paling dalam, jangan-jangan karyaku ditolak. Tapi bang Asrizal memang baik, aku disuruh merekam ulang dubingnya “Coba diulang ya, latih suara agak berbeda
dari yang sebelumnya” pesannya . akupun. semaksimal mungkin dan akhirnya
suara dalam rekaman g aku kirim masing kurang
"ini gambar apa?” tanya nya di wa. haduh
lagi lagi aku malu . Aku jawab seadanya
"Itu potongan video aku sedang berjalan
mencari inspirasi bang”
"Bukan
itu yang di maksud, harusnya ibu sedang ngetik di meja lalu bergaya seolah mencari
kata kata saat proses membuat pantun” jelas bang Afrizal di wa.
“Oh
ya sudah bang aku videokan lagi“kupinta anakku mengambil gambar saat aku sedang
duduk di meja kerja sambil melamun mencari inspirasi proses membuat
pantun .sempet aku berargumen tentang posisi dan gayaku saat pengambilan gambar.
Setelah selesai aku kirim via email kembali. Rasanya lelah juga pekerjaan ini.
memang untuk menghasilkan suatu yang terbaik memerlukan. konsentrasi dan
kesungguhan. Dua minggu sudah berjalan. akhirnya bang Afrizal memberi kabar wa
bahwa video aku sudah hampir selesai, hanya butuh penambahan dan segera mengirimkan
foto profil dengan pakaian adat dan rumah adat . kli ini aku bigung jika harus
mengeluarkan dana lagi untuk memakai pakaiana adat, aku mencoba mencari di goggle
contoh pakaian adat Banten.Kutemukan gambar tersebut ,lalu aku sempat pesimis.
Kemana aku harus memakai pakaian itu, jika ke salon pasti mahal. Teringat klu
ku pernh mmbeli pakaian kebaya, Aku mulai mencari baju kebaya yang mirip dengan
gambar karena perasaanku pernah punya baju kebaya jenis itu. Setelah kubongkar
lemari akhirnya aku temukan kebaya tersebut, lalu kupasangkan dengan kain
sederhana yang aku punya. Namu yang menjadi masalah baru. Aku harus memakai kembang
goyang yang di pasang di atas konde, lagi lagi aku bingung. Harus kemana mencari
kembang goyang tersebut, jika beli hanya dipakai sekali, akhirnya aku berbincag dengan teman sejawatku
mengenai keberadaan kembang goyang, dan Alhamdulllah kawanku memiliki saudara yang
suka merias pengantin, saat itu aku meng hampiri rumahnnya. Sesampai aku di
rumahnya. Sambil membuka obrolan aku bertanya
“ Bu, katanya punya saudara yang suka rias
pengantin ya”
“ Oiya,
ada apa “
“Ini saya mau pinjam kembang goyangnya sehari
saja, kira kira bisa ga ya ?
“oh, hayu saya antar ke rumahnya, kalau di
butuhkan sekarang kembang goyangnya.
aku diantar temanku menuju rumahnya. Tak jauh dari
lokasi rumah kawanku dengan berkendaraan motor sekitar 5 menit kami sampai
“Assalamualaikum!”tak lama naapak dari dalam
rumah seorang ibu yang terlihat sedang merapihkan perhiasan salonnya
“Walaikum salam. Eh, Lina, ada apa ?” tanya ya.
Kamipun mulai membuka obrolan.
“ Ini
teman mau pakai baju adat Serang, tapi kembang goyangnya ga ada, apa disisni ada? kalau boleh bisa dipinjam
sehari saja, untuk pengambilan foto saya berpakaian
adat.
“Oh, boleh. Nanti saya ambilkan ya.”lega
rasanya mendapatkan kembang goyang tersebut,
kemudian aku dan kawanku permisi pulang. Keesokan hari pemotretan dengan berpakaian
adat. Dengan bantuan anaku yang kuliah aku di dandani seperti pengantin Selesai
sudah. Inipun jadi pengalaman yang berkesa buatku. Cukup melelahkan tapi seru .
akhirnya setelah semua rampung, pantun, video dan foto. Hanya saja gambar rumah
adat masih di komplen oleh bang
“
Tolonglah cari rumah adatnya jangan yang mau rubuh.” Pesannya. Aku menjawab.
“mohon
maklum rumahnya belum di rehab, karena memang itulah rumah adatnya, tidak seperti rumah adat lain yang megah” aku
berusaha mencari rumah adat asli daerahku,
tak ada yang megah. Akhirnya gambar rumah adatpun seadanya yang penting
memang benar asli kekayaan budaya daerahku. Setelah tidak ada lagi kekurangan beberapa
hari kemudian aku mendaat kabar melalui
wa
“Video
sudah selesai dan bisa di share ke medsos”
betapa senangnya aku saat itu. ternyata aku bisa seperti artis dadakan.
Langsung aku share di medsos dan beberapa kali minta tolong ke teman yang kenal
untuk ditonton. Tapi lagi-lagi aku merasa pundung
karena teman fbku sedikit dan di daerahku untuk hal yang seperti ini kurang di
respon. apalagi dihargai. yang ada cuma dilihat tanpa komen dan motivasi
makanya likenya tak banyak . sempat merasa kecewa jika sudah seperti ini. Aku
melihat daerah lain masyarakatnya begitu antusias memberikan motivasihanya dua
peserta dari Banten. Yang peduli hanya segelintir orang. mereka tahu aku tapi
tak mau memberikan hanya satu like saja untuk menyemangati peserta asal
daerahnya, dilema memang kalau dibahas.
Peluncuran
buku Pantun Mutiara Budaya akan di
selenggarakan di Batam. Aku ingin ke
sana tapi karena kondisi pandemi masih saja teringiang membuat aku ragu. apalagi
tak ada teman dekat yang ikut. Rasa kecewaku tak bisa hadir di
acara lounching karya kebanggaan. aku buang jauh jauh. Karena niatku adalah
hanya ingin berpartisipasi, belajar dan menambah wawasan, pengalaman
dan menambah teman seantero nasional. Aku jadi kenal dengan teman
dari anambas, kalimantan, Jawa serta papua. Sungguh suatu keberkahan
memiliki kawan diluar daerah selai banyak saudara. Ini adalah pengalaman
berharga buat aku. tak peduli seberapa kecewa lelah dan dana yang ku ikhlaskan.
Namun dengan diterimanya karyaku aku sudah sangat bersyukur, di komunitas ini
kami saling membimbing membantu dan mengarahkan tanpa beban. kesalahan kecil
bukan jadi hambatan untuk berkarya tapi
jika banyak latihan akan semakin percaya diri. Sungguh aku bangga bisa
bergabung disini. Selain mendapatkan bimbingan juga pengalaman yang luar biasa
diluar pekerjaan ku sehari hari sebagai guru dan ibu rumah tangga .
Kurasa
apapun. yang kulakukan. untuk menghasilkan karya hanyalah untuk memotivasi diri
dan sekeliling. serta bagaimana cara kita menuangkan inspirasi dan
imajinasi dengan hadirnya buku karya kita kelak akan abadi tak lekang di makan
waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar